Assalamu`alaikum

Assalamu`alaikum
"Tuhan, aku sadar hidup hanyalah perjalanan sementara, maka izinkanlah aku mengisi waktu yang sementara ini dengan kebaikan & kebahagiaan cinta kasih yang Kau Ridhai. Dan kembali pada Mu dengan segala keberkahan"

Minggu, 31 Agustus 2014

WEDDING SISTER


….Keluarga sudah mulai terlihat sibuk berkumpul di depan, sambil menunggu kehadiran pihak dari keluarga lelaki. Semua menunggu dengan harap-harap cemas, berdo`a di dalam hati agar semua proses acara berjalan dengan hikmat.  Aku melihat seluruh sudut rumah yang dengan keadaan berbeda dari biasanya, dekorasi, suasana keramaian, sanak saudara, tetangga, dan banyak juga orang yang tidak aku kenal lainnya sedang sibuk mempersiapkan kebutuhan acara pernikahan kakak.

          “Akhirnya kakak menikah, akhirnya kakak di ambil orang, akhirnya hal yang sekedar dalam bayangan kami di masa remaja dulu, sekarang tiba jadi kenyataan” dalam hatiku berbisik haru, dan pandanganku berhenti tepat di pintu kamar kakak kemudian teringat  kalo kakak memanggil ku dari tadi untuk menemaninya di kamar. Akupun langsung bergegas menuju kamar.
          Kulihat kakak mondar-mandir mengitari kamar, terlihat gugup dengan penampilan yang sudah berbeda.
          “Nikahh juga yooo, akhir nyaaa. Hahhahhah, enak lha nanti hihihi” goda ku, melihat kakak yang begitu tegang.
          Kakak  begitu berbeda hari ini, ada aura berbeda yang terpancar, dan lebih cantik pastinya. Walau terlihat begitu gusar, tapi wajah nya tetap menggambarkan kebahagiaan, kebahagiaan untuk kehidupan baru yang sudah di depan mata, menjalankan sunnah Rasul untuk menyempurnakan agamanya.
          Aku terus memandangi kakak dengan senyum, sesekali tertawa melihat kakak cemas karena nervous, berjalan mengitari kamar, ke kanan dan ke kiri. Berkali-kali kakak becermin, dan sesekali melamun, aku yakin dia berdo`a dalam lamunan nya untuk kelancaran acara akad nikah yang tinggal menunggu hitungan jam.
“Udah datang semua? Gimana udah bagus gak? ada yang kurang gak?”pertanyaan yang sama dalam waktu berdekatan berulang kali di tanya padaku.
“UDAHH !!!, UDAHH, GAk ada yg kuranggg!!” jawab ku, dari jawaban yang paling lemah lembut sampai berubah menjadi jawaban yang singkat dan akhirnya cuma sebatas senyuman dan anggukan sebagai kode bahwa semua sudah beres.
“Jangan gitu donkk , karena belum tau aja perasaan kakak gimana sekarang, ntar deh gantian ngerasain” ucap kakak, dan masih bercermin membenarkan hijab yang dari awal tidak ada salahnya.
“Kayanya ara masih lama lho kak,, jadi jangan bilang-bilang nyusul dulu dehh, emang gimana sih rasanya mau nikah?.. aku kok jadi takut ya” jawab ku sambil merebahkan badan di tempat tidur.
“kok takut?? ada yang parno` ni yee hahai?? dulu mikirin kuliah terus?terus sambung kerjaan, terus apalagi,udah dapat PR tuww, Jangan lupa pesan bunda jangan lama-lama nyusul, gantian kena` teror nikah kita haahhaha” jawab kakak lebih santai sedikit mencairkan kegelisahannya, dan akhirnya duduk juga di tempat tidur, mungkin karena mulai terasa lelah karena mondar-mandir dari tadi.

“udahhh ah….. heboh ya,,,, emang kita lagi lari estafet apa??,, kakak tenang aja. Jadi gimana rasanya yang mau bersuami itu, issshh malu sendiri mikirin nya..” tanyaku mengembalikan topik bahasan.
“Rasanya yang pasti lebih banyak bahagia daripada sedihnya, bahagia karena akhiranya kita bisa melaksanakan Sunnah rasul, menyempurnakan agama, bisa bener-bener bersama dengan orang yang kita cinta , udah halal, udah jadi muhrim, cintanya udah di kasih lampu hijau dengan Allah. Sedihnya mungkin karena bakal gak sering sama-sama keluarga lagi, gak sepenuhnya ngelewati hari-hari dengan ayah bunda dan kalian semua,, tapi kalo satu kota kaya` kakak gini kan enak sering main ke rumah nanti” lanjut kakak melengkapi jawabannya, dan membuat ku timbul seribu pertanyaan baru.
“Jadi kita pisah ya intinya??.. gak bisa tidur bareng lagi ceritanya, gak gosip sama lagi ni?? Tanya ku sambil memandangi dekorasi kamar pengantin.
 “hahahahah, raaa,raa  tidur jangan donk, mengganggu nanti ckckck,hhmmm tapi bisa sih kalo mas Ai gak ada hehehee. Tapi yang paling penting  jangan lupa kalo sebenarnya gak pernah ada kata pisah untuk saudara, berbagi cerita tetap donkk, karena bergosip sesama wanita tetap lebih seru :D” jawab kakak santai dan kembali berdiri, tapi kali ini ke toilet, aku sendiri cuma melamun dan berfikir, masih memandangi setiap sudut kamar yang sudah di penuhi hiasan.
Akhirany hari spesial itu datang,hari yang di harapkan hanya ada sekali seumur hidup, yang di doakan akan berjalan dengan berkah. Itu yang ada di benak kami semua saat ini.
Sejenak aku sedang membuka album-album foto di hp,foto bersama keluarga, bersama kakak. Ku pandangi satu-satu foto kami masih kecil, sekolah, kuliah, sampai sudah bekerja, dan tanpa sadar aku ingin menangis, dan setetes air mata yang keluar langsung ku hapus karena kakak sudah keluar dari toilet.
Bagi ku ini pastilah bukan sebuah perpisahan yang menyedihkan, tapi pertemuan dua keluarga yang membahagiakan, yang membuat perasaan ku dan keluarga menjadi haru biru. Ketika kami harus kembali membagi seseorang yang selama ini bersama kami, tapi lebih tepat nya bukan membagi, tapi menyerahkan kepada orang lain, yang insyallah dapat mempertanggung jawabkan kebahagiaan dalam kehidupan kakak.
          “eeii kak, nanti awas aja kalo sombong mentang udah nikah, udah jarang nelfon n BBM lg, aku bakal curhat dengan siapa donk, pasti kakak bakal sibuk udah gak bisa sering di hubungi lagi tuw, udh ada si “MAS” “MAS”. Tanyaku, sambil bercanda, yang sebenarnya  memikirkanya dengan serius.
“telfon balik donkkk, ada pulsa kan ??? selama lagi gak sibuk kenapa enggak, takut kesepian ya  ahahha.. memang sunyi kalo gak ada kakak kan??..kamu juga selama ini kakak mau cerita selalu sibuk, nahh sekarang gantian, biar tau rasanya hehhehe”  jawab kakak.
 “Nanti semakin kita dewasa, kamu bakal ngerti, ada banyak hal yang harus kita putuskan sendiri, bakal banyak hal yang akan kita simpan sendiri, tanpa harus cerita dengan orang lain, kalo dulu selalu sama-sama, gak pernah ada rahasia, ada saat nya nanti kalo kamu menikah, kita punya keluarga masing-masing, ada beberapa hal yang sedikit berubah, bukan berpisah, tapi melakukan beberapa hal dengan lebih mandiri bersama keluarga baru kita, itu lha kehidupan, akan ada perubahan dengan sendirinya, tapi gak ada yang bisa memutuskan sebuah hubungan persaudaraan dan keluarga, termasuk pernikahan, kita hanya lebih banyak berbagi, dengan keluarga baru kita, dengan keluarga kita, ada yang menjadi prioritas dalam mengurus sesuatu. Dan kamu pasti bakal cepat ngerti. Lagian kamu kan gak lama lagi nyusul, hihihihi.. pokok nya ingat aja pesan kakak selalu” jawab kakak begitu lengkap, begitu menjadi fikiran baru yang harus aku renungkan dan aku mengerti.

Tidak lama kemudian, salah satu anggota keluarga pun memanggil  mempelai wanita keluar agar acara segera berlangsung.
“hhhhuuuufffffffffffff…….bismillahh, semoga semua lancar ya, amien Ya Allah” ucap kakak memasang wajah gugup di hadapan ku.
“everything is gonna be alright bob, bismillah” ku peluk kakak sebelum membawa nya keluar kamar.
Dan  acara pun dimulai, di tengah acara aku berdo`a agar semua berjalan lancar termasuk acara resepsi esok harinya. Tapi aku juga tidak lepas dari fikiran-fikiran galau ku yang mendramatisir keadaan.  
Aku yakin jika nanti tiba saatnya, akan ada banyak hal yang tidak sempat aku ceritakan, akan ada banyak hal yang tidak lagi kakak ceritakan. Akan ada perbedaan yang secara wajar terbentuk dengan sendirinya, jika di bandingkan dulu ketika aku dan kakak selalu mengisi waktu satu sama lain. Tidak ada hal yang ku tutupi dari kakak, dari masalah sekolah, marah dengan anggota keluarga lain,  hingga masalah pacar dari A sampai dengan Z, kakak lha yang paling tau, begitu juga sebaliknya.   
empat tahun silam aku masih ingat apa yang kakak katakan, saat aku dan kakak masih sama-sama merantau jadi mahasiswa, saat-saat dimana kakak yang selalu harus menghemat uang nya jika kami mau pergi, saat dimana kami hanya bisa nonton DVD daripada nonton bioskop jika tidak punya uang, saat dimana kakak hampir bosan jika aku bercerita tentang mantan-mantan pacarku, tentu saja bosan karena dia lebih menyarankan aku untuk tidak pacaran sebelum punya rencana menikah.  Kakak pernah bilang…
“Nanti kalo kakak udah tamat, dapat kerja, kakak gak mau nikah dulu, kalo udah punya duit sendiri, kita jalan-jalan, kita nanti beli ini, beli itu….,” dan kakak sudah lebih dari cukup membuktikan itu semua, sudah saatnya kakak dengan masa depan nya yang baru, kebahagiaan baru, kehidupan yang baru, Akupun tersenyum sendiri mengingat hal-hal lucu dulu bersama kakak.
Ijab Qabul pun selesai yang alhamdulillah terlewati dengan lancar, sekarang kakak sudah tidak single lagi. Ini yang namanya jodoh, Allah beri jalan, kita yang berusaha, kita yang memperjuangkan agar semua menjadi lebih baik. `Jodoh di tangan Allah`memang benar, tapi kita yang berperan dalam proses pemilihannya. Dan kembali teringat yang kakak bilang..
“jangan pacaran sembarangan, ingat, kalo kita jahat dan gak bisa jaga diri, kita bakal disandingkan dengan cerminan kita. Perbaiki diri sebanyak-banyakya, banyak berdo`a termasuk soal jodoh, sabar , karena semua udah di atur dengan Allah, semua bakal indah pada waktu nya, makanya perindah apa yang kita buat”. Salah satu pesan singkat yang sering kakak ulang ketika aku lupa, ketika aku sedih.
          Kakak selalu berusaha membuktikan apa yang di katakannya, ketika dia mengatakan
“jangan silau dengan materi, coba lihat lebih dekat secara keseluruhan, gimana agama, prilaku, karakternya yang akan di pilih, bukan menunggu yang sempurna, tapi cari yang ketika kita bertemu dengan dia, ada hal-hal baik yang bertambah dalam diri kita terutama hal baik pada Allah”.  dan kakak menunjukan itu hingga dia benar-benar pada pilihan yang dia berani mengatakan…
“Insyallah ini yang terbaik yang Allah tunjukan, bukan mereka, bukan yang lain”
Ada begitu banyak pesan yang kakak beri pada ku, dari aku kecil, remaja, dewasa, sampai detik ini, dan aku yakin seterusnya kakak akan menjadi penasehat dan pendengar yang baik untuk ku.
Ada banyak hal yang saat ini ingin aku ucapkan pada kakak, mungkin terlihat konyol dan aneh kalo aku ucapkan secara langsung,,,,
“semoga kakak bahagia,semoga kakak bahagia, semoga kakak bahagia, semoga kakak bahagia, semoga kakak bahagia, dan dari keseluruhan yang ingin aku utarakan intinya, semoga kakak bahagia dunia dan akhirat dengan orang-orang yang kakak cintai”. Ucapku dalam hati di tengah rasa syukur atas acara yang telah berlangusng dengan hikmad.

Melihat kakak dan suaminya yang sedang bersalaman dan meminta izin dengan keduabelah pihak orang tua, aku jadi ingat yang tadi kakak katakan.
“semoga setelah kakak, Rommy dan kemudian kamu segera menyusul di waktu yang tepat dan dengan orang yang tepat. Sekolah, kuliah, bekerja, mengenal, dan kemudian  menikah, semua ada masa dan prosesnya, kakak juga ngelewati itu. Jadi di wajibakan untuk sabar, jangan sedih, jangan ngerasa sepi, semua do`a Insyallah akan di genggam Allah, dan akan di Lepas nya satu persatu sesuai waktunya, semua akan indah pada waktu nya, tetap istiqomah, tetap tawaqal” . Kembali aku mengingat ucapan yang kakak bilang tadi, sebelum acara akad di mulai.
Semakin lama aku sadar, akan ada saat nya, yang selalu bersama kita akan pergi bersama orang lain, karena apapun dan siapapun itu, mereka bukan milik kita, tapi Allah menitipkan pada kita untuk mempelajari banyak hal dari sesuatu itu, akan ada saat nya kita wajib berbagi bahkan merelakan orang-orang yang kita cintai berjalan di jalannya masing-masing, dengan rasa bahagia dan do`a yang terbaik, kita akan selalu ada untuk mereka jauh ataupun dekat, itulah keluarga.
“HAPPY WEDDING MY LOVELY SISTER, WISH U ALL THE BEST”


“Terlihat kecantikan yang bertambah anggun hari itu
Dengan senyuman halus yang menggambarkan kegugupan dan rasa haru
Cahaya mata yang menunjukan kebahagiaan yang telah lama di nanti
Dia tertegun diam ketika semua orang melihat ke arahnya
Tapi tetap melangkah pasti dan duduk di tempat yang indah
Kemudian sirnalah semua kegugupan di raut wajahnya
seketika sang wanita telah di dampingi prianya
Dia tidak sadar telah meneteskan air mata kebahagiaan
Bersusyukur atas segala karunia yang telah dilimpahkan sang maha cinta
                   Mencium ayah dan ibu yang begitu di kasihinya
Mempercayai hidup nya dengan orang lain
Seseorang yang awal nya asing menjadi orang terdekat
Seseorang yang akan menjadi imam dalam hidupnya
Yang menjadi panutannya
Semoga Ridha Allah menyertai dia dan Prianya
Dalam keadaan apapun
Semoga mereka bahagia sampai maut memisahkan



___00___

Selasa, 26 Agustus 2014

Diary Of Love. By : ArShila-Hanj

Diary Of Love. By : ArShila-Hanj


Bagaimana jika kamu tercipta sebagai orang yang suli mengatur perasaan mu sendiri?  bagaimana jika nyatanya kamu tidak mampu menghapus bayangan masa lalu yang sangat konyol untuk di simpan? bagaimana jika kamu percaya bahwa cinta pertama itu memang suatu hal yang harus di pertahankan? bagaimana jika kamu berada dalam posisi Shila.. ?
 “Juli-2006,
Tuhan, Terima kasih telah beri Shila kesehatan, keluarga yang bahagia, sahabat yang setia, dan aku yakin jika tiba saat nya, Kau akan beri aku kesempatan untuk bisa mencintai seseorang dengan tulus hingga perasan ini menjadi satu dan utuh, Hati Cuma Kau ciptakan satu dan itu arti nya, hanya boleh satu kan ? J

“Jan-2007.  Tuhan, apa aku keliru aku masih terlalu muda untuk merasakan  ini, bagaimana mungkin aku menanggung perasaan seperti ini untuk pertama kali, tapi aku takut ini menjadi hal yang pertama, tapi tidak menjadi hal terkahir untuk ku. Tuhan, aku tidak tau bagaimana menggunakan perasaan ini, bagaimana menjaga dan merawat nya. Aku tidak pernah ingin dia datang, tapi sekarang dia hadir, dan aku tidak ingin dia pergi, Karena itu bakal menjadi hal sulit untuk ku”

“Mei-2007, Terima kasih Kau hadirkan sosok seperti dia yang membuat ku banyak belajar hal baru. aku mengerti ini terlalu cepat,  bahkan terlalu muda. Tapi dari melihatnya, aku bisa dengan jelas mendesain hal-hal di masa depan, meyakinkan ku bahwa perbedaan bisa di buat indah bahkan menjadi suatu hal yang berharga, dan saling mengisi dari apa yang menjadi kekurangan kita. Tapi terlalu sulit untuk aku menunjukan apa yang ku rasa, tidak pula pernah tau bagaimana caranya, tapi suatu hari ini semua pasti akan jelas terlihat”

 “Sept-2007. Menerima tapi tidak mengerti. Tuhan, kenapa harus orang seperti aku untuk belajar hal ini, yang nyata nya begitu sulit bagiku menciptakan nya dan sekarang harus menghilangkan lagi. Tidak ada yang salah, takdir Mu, dia, keadaan, hanya saja aku yang terlalu berlebihan untuk menghargai semua ini, bahkan sudah terlihat suram pun aku masih belum bisa menghindar”

“Maret-2008, Tuhan, segala puji dan syukur untuk Mu. Aku masih dengan kehidupan ku yang bahagia. Hhhaaahhhh, perasaan ini ,bukan sudah mati. Ataupun, tidak menerima nyawa baru, tapi aku lebih senang untuk menyediakan ruang untuk bisa tenang dengan apa yang pernah terjadi, aku yakin mereka-mereka yang datang sekarang bukan hal baru dari Mu, melainkan permainan yang tak peril dicoba lagi. Maka tidak ada satu reaksi pun yang ku rasa dari perasaan ini”

“Agustus-2008. Tuhan, ini memang salah, tapi ini memang mau ku, aku tidak tau harus bagaimana, perasaan ini terus bercabang, tapi tetap belum bisa aku menggantinya. Biarlah aku mencoba untuk skali ini saja, apakah hati ini bisa diganti dengan yang baru, aku ingin menjawabnya sendiri”

“Juni-2009. Dan Dia tiba-tiba hadir lagi walau hanya sekilas, tapi terasa sangat nyata, walau aku tau harus berbuat apa, tapi tetap tidak bisa melakukannya, Tuhan,,,,,, aku ingin membakar semua yang pernah aku rasa. kenapa tdk Kau biarkan aku seperti mereka yang mempunyai banyak ruang dalam hati nya, yang bisa dengan mudah mengisi dan mengganti hal lama dengan hal baru, sedang aku hanya Kau beri satu ruang yang menjadikan ku sangat sulit untuk berbagi”

“April-2010. Ini bukan hal yang baik, bahkan menjadikan semua lebih rumit jika di teruskan, aku rasa biarlah ini semua berjalan apa adanya, aku tidak ingin memuat orang lain menderita lebih lama lagi, karena bagaimanapun itu tidak bisa di paksakan”

“Dec-2010. J , Thanx God, Fo My life, Aku mengerti kenapa dulu Kau beri aku pelajaran. Dan sekarang semua itu bukan masalah. Memang terlalu banyak menyita waktuku, kalau harus berganti hati terus dengan satu ruangan. Sangat lebih baik ruang ini ditutup untuk beberapa lama, agar tidak ada orang yang  mencoba masuk. Tapi jika nanti Kau menunjukan, bahwa sudah waktu nya ruang hati ini di huni. Aku akan mencobanya dari awal lagi, (this heart closed for a long time) J

“Okt-2011. Dia datang dan pergi lagi, tidak masalah buatku karena dia datang hanya untuk menunjukan bahwa dia baik, begitu juga dengan pilihannya. Tapi lebih baik, aku benar-benar menghindar tanpa toleransi,  tentu bukan karena cemburu dan sakit hati melainkan menghargai pilihannya, sedang aku juga punya pilihan sendiri. tolong Jangan pernah datang lagi, karena aku sedikit terganggu”

“Mei-2012. Tuhan, bukan karena aku menyerah, memang sudah begitu lama tapi aku tau ini juga belum saatnya. Mereka mengapa mereka semua terlihat sama, padahal jelas berbeda, apa mereka sedang bermain peran baik, atau benar-benar baik, aku tidak pernah tau. Kelihatan sangat tidak  sederhana tapi malah ku rasa akan menjadi rumit dengan criteria-kriteria seperti itu, membuatku terbebani, membuatku tidak nyaman.
 Tuhan, aku rasa aku mulai dewasa, semua telah banyak berubah dari apa yang ku perbuat dan ku fikirkan, tapi kenapa cara aku merasakan sesuatu tidak bisa berubah untuk lebih realistis. Tuhan, aku tidak pernah meminta mereka yang sempurna ataupun  mendekati kesempurnaan, karena jelas sudah itu tidak menjamin apa aku bisa merasa lebih baik, Jadi biarlah mereka menjauh dengan sejadi-jadinya J

“Agustus-2012. Tuhan, mungkin Cuma aku yang tau perasaan sederhana yang rumit ini, perasaan yang harusnya sudah kadaluarsa untuk penyimpanan bertahun-tahun, tapi kau biarkan aku mengawetkannya. Bahkan aku saja mau menyerah untuk menyelesaikan tugas ini. Rasanya ingin aku mengutuki diri untuk menjadi pembagi hati yang hebat. Tapi tetap Kau biarkan aku menjadi gadis yang seperti ini.  Kau biarkan lagi dia hadir dalam hidupku, seperti Kau biarkan yang lain hadir tanpa dosa. Tapi, Tuhan saja mungkin sudah bosan, dengan apa yang aku rasakan. Tuhan, hanya satu yang aku sesali pada diriku, dan ku rasa Kau pun tau itu.”

“Okt-2012. J , Bahkan air yang mengalir saja tau muara yang dia tuju. Tapi aku, sampai sekarang belum tau apa yang sedang terjadi sekarang, dia dulu tidak ada untuk ku, dan sekarang kembali tidak ada. Dia dulu pernah hadir, dan sekarang kembali hadir dalam hidupku. Dia sebuah masa lalu yang indah dan yang salah, kemudian kembali dengan penuh tanda Tanya. Tuhan, Cuma Kau yang tau, apa aku begitu lemah atau begitu kuat untuk bisa terima, apa aku begitu pasrah atau konyol bahkan bodoh, apa aku terlalu yakin atau Cuma sebatas obsesi. Tapi aku tau ini nyata, perasaan ini bukan aku yang minta, dia hadir sendiri bahkan enggan unutk pergi L

“Des-2012. Tuhan, Boleh kah aku menangis, walau hanya setetes air mata saja. Itu pun jika Kau mengizinkan. Aku lelah, Aku malu,   walau tidak ada yang tau dan tidak ada yang boleh tau, kecuali Kau. Bahkan diri ku sendiri ingin mengganti jiwa dan hati yang baru. Kenapa harus mengajak orang lain melihat masa depan jika masih terdiam dengan masa lalu,  Kenapa harus meminta orang lain untuk yakin jika diri sendiri tidak pernah yakin apa yang sedang kita lakukan, kenapa kita harus meluapkan dendam masa lalu sedang orang lain yang tak tau manau jadi menderita, kenapa kita harus menyamakan setiap orang yang kita pilih sedang nyatanya tidak ada orang yang sama, termasuk antara aku dengan siapa pun L

“Juni-2013. Tuhan, Hampir selesai tugas belajar dalam hidupku untuk beberapa bulan lagi. Tapi tugas yang dulu itu masih tersisa. Sadar, sedikit banyak aku menghabiskan waktu dan tenaga dengan itu semua, tapi menghindar pun tetap tidak bisa di lakukan. Tuhan, bukan karena aku menyerah, tapi karena aku menunggu waktu yang tepat untuk memilih, jadi tidak perlu menyita waktu dengan berjalan tanpa arah. Karena dulu sudah terlanjur membangun jd sulit untuk menghancurkan lagi.
Dan aku paham sekarang, bagaimana pun cara untuk menunjukan dan mengajarkan  kesetiaan, keikhlasan, kebaikan, tetap akan menjadi hal yang sia-sia jika memang bukan dengan orang yang tepat. Bisa saja aku  merasa tepat dan yakin, merasa nyaman dan tertarik, tapi Tuhan tidak sependapat J”   

”Jan-2014. Tuhan, aku belum siap. Tapi mama memintaku untuk mempersiapkan diri, Masih 4 tahun aku mencoba menikmati menjadi orang dewasa, tapi terget pernikahan membuat aku tidak bisa bergerak. Aku harus apa, bahkan aku tidak bisa menghindar dari orang-orang ini, tugas yang belum selesai, perasaan yang belum tertata, semua masih terasa asing. Aku benar-benar harus belajar untuk mencoba kembali membangun sebuah perasaan, yakin tidak yakin, nyaman tidak nyaman, aku harus berusaha menikmati ini dengan seseorang yang baru. Memang terlalu konyol rasa nya jika aku terus menunda hanya karena obsesiku di masa ABG. tapi Tuhan , biarlah selamanya ini menjadi rahasia kita berdua saja,  bahwa tugas ku yang dulu sampai sekarang belum terselesaikan juga, mungkin ini perkara waktu dan aku. Kenapa harus begitu sulit, mencoba sesuatu hal baru yang baik dan sangat jelas arah nya kemana. Tapi,, tetap saja, this is a mistery…. J

“Sept-2015. Tuhan, Terima kasih pelajaran yang pernah ku terima dari Mu , Tugas yang masih jadi rahasia dan belum juga di selesaikan. Tugas pertama, cinta pertama, yang kurasa tidak pernah terganti, itu akan tetap jadi rahasia di sudut ruang hatiku. Dan Sekarang keseluruhan ruangan terisi dengan satu hal baru yang sangat nyata. Aku berusaha membangun itu lagi, dari tidak ada menjadi ada dan sekarang lebih besar dan kokoh, karena ini harus di gunakan hingga akhir masa aktif hidupku bersama nya. Perasaan benar-benar menjadi sebuah misteri dalam hidupku, tapi tak sekali pun aku sesali aku begitu sensitive dengan itu, memang sangat sulit bagiku untuk membangun itu dan sulit juga untuk menghancurkan nya”

“Mei-2016, Bahkan semakin dewasa, aku semakin mengerti. Ketertarikan itu tidak hadir begitu saja dari mata, tapi butuh keyakinan hati untuk bisa memilih dan menerima. Kenyamanan itu tidak langsung hadir dalam setiap hubungan, perlu kesabaran, kesetiaan dan pengertian untuk menciptakan itu. Kebahagiaan juga tidak hadir hanya dengan materi dan bentuk, tapi  itu sll jadi  factor pendukung,. Tapi yang utama butuh rasa syukur dan saling mengisi kelemahan kamudian pasti kebahagiaan datang dengan sendirinya,  Seperti yang aku rasakan dulu, begitu juga yang kurasa lebih nyata saat ini”

….. “ Aku tidak pernah meminta kamu, kamu, dan kamu semua untuk hadir dalam kahidupanku. Tapi waktu meminta aku bermain sedikit adegan dengan kamu dalam film kehidupan. Kemudian aku terbawa  perasaan yang tidak professional, maka matilah aku dengan kesalahan ku sendiri, kesalahan yang ku rasa Tuhan saja tidak mau menyalahkan” ….



 Created By : M.A Sofyrah

Rabu, 02 Oktober 2013

Saidatina Fatimah & Saidina Ali


   
Ada rahasia terdalam di hati Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun. Fathimah. Karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi yang adalah sepupunya itu, sungguh memesonanya. Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya. Lihatlah gadis itu pada suatu hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang dilumur isi perut unta. Ia bersihkan hati-hati, ia seka dengan penuh cinta. Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah ayahnya.


    Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis. Muhammad ibn 'Abdullah Sang Tepercaya tak layak diperlakukan demikian oleh kaumnya! Maka gadis cilik itu bangkit. Gagah ia berjalan menuju Ka'bah. Di sana, para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa membanggakan tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam. Fathimah menghardik mereka dan seolah waktu berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu kesempatan untuk menimpali. Mengagumkan!
Ali tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta. Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan. Fathimah dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Sang Nabi. Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa sejak awal-awal risalah. Lelaki yang iman dan akhlaqnya tak diragukan; Abu Bakr Ash Shiddiq, Radhiyallaahu ’Anhu
"Allah mengujiku rupanya", begitu batin ’Ali.
Ia merasa diuji karena merasa apalah ia dibanding Abu Bakar. Kedudukan di sisi Nabi? Abu Bakar lebih utama, mungkin justru karena ia bukan kerabat dekat Nabi seperti 'Ali, namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan RasulNya tak tertandingi. Lihatlah bagaimana Abu Bakar menjadi kawan perjalanan Nabi dalam hijrah sementara 'Ali bertugas menggantikan beliau untuk menanti maut di ranjangnya.
Lihatlah juga bagaimana Abu Bakr berda’wah. Lihatlah berapa banyak tokoh bangsawan dan saudagar Makkah yang masuk Islam karena sentuhan Abu Bakar; 'Utsman, 'Abdurrahman ibn 'Auf, Thalhah, Zubair, Sa'd ibn Abi Waqqash, Mush'ab.. Ini yang tak mungkin dilakukan kanak-kanak kurang pergaulan seperti 'Ali.
Lihatlah berapa banyak budak Muslim yang dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakar; Bilal, Khabbab, keluarga Yassir, 'Abdullah ibn Mas'ud.. Dan siapa budak yang dibebaskan 'Ali? Dari sisi finansial, Abu Bakar sang saudagar, insya Allah lebih bisa membahagiakan Fathimah.
'Ali hanya pemuda miskin dari keluarga miskin. "Inilah persaudaraan dan cinta", gumam 'Ali.
"Aku mengutamakan Abu Bakar atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku."
Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan
Beberapa waktu berlalu, ternyata Allah menumbuhkan kembali tunas harap di hatinya yang sempat layu.
Lamaran Abu Bakr ditolak. Dan ’Ali terus menjaga semangatnya untuk mempersiapkan diri. Ah, ujian itu rupanya belum berakhir. Setelah Abu Bakr mundur, datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan perkasa, seorang lelaki yang sejak masuk Islamnya membuat kaum Muslimin berani tegak mengangkat muka, seorang laki-laki yang membuat syaithan berlari takut dan musuh- musuh Allah bertekuk lutut.
'Umar ibn Al Khaththab. Ya, Al Faruq, sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga datang melamar Fathimah. 'Umar memang masuk Islam belakangan, sekitar 3 tahun setelah 'Ali dan Abu Bakar. Tapi siapa yang menyangsikan ketulusannya? Siapa yang menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar pemahaman? Siapa yang menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya 'Umar dan Hamzah yang mampu memberikannya pada kaum muslimin? Dan lebih dari itu, 'Ali mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata, "Aku datang bersama Abu Bakar dan 'Umar, aku keluar bersama Abu Bakr dan 'Umar, aku masuk bersama Abu Bakr dan 'Umar.."
Betapa tinggi kedudukannya di sisi Rasul, di sisi ayah Fathimah. Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana 'Umar melakukannya. 'Ali menyusul sang Nabi dengan sembunyi-sembunyi, dalam kejaran musuh yang frustasi karena tak menemukan beliau Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam. Maka ia hanya berani berjalan di kelam malam. Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir. Menanti dan bersembunyi.
'Umar telah berangkat sebelumnya. Ia thawaf tujuh kali, lalu naik ke atas Ka'bah. "Wahai Quraisy", katanya. "Hari ini putera Al Khaththab akan berhijrah. Barangsiapa yang ingin isterinya menjanda, anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung tanpa henti, silakan hadang 'Umar di balik bukit ini!" 'Umar adalah lelaki pemberani. 'Ali, sekali lagi sadar. Dinilai dari semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap menikah. Apalagi menikahi Fathimah binti Rasulillah! Tidak. 'Umar jauh lebih layak. Dan 'Ali ridha.
Cinta tak pernah meminta untuk menanti
Ia mengambil kesempatan
Itulah keberanian
Atau mempersilakan
Yang ini pengorbanan
Maka 'Ali bingung ketika kabar itu meruyak. Lamaran 'Umar juga ditolak.
Menantu macam apa kiranya yang dikehendaki Nabi? Yang seperti 'Utsman sang miliarderkah yang telah menikahi Ruqayyah binti Rasulillah? Yang seperti Abul ’Ash ibn Rabi'kah, saudagar Quraisy itu, suami Zainab binti Rasulillah? Ah, dua menantu Rasulullah itu sungguh membuatnya hilang kepercayaan diri.
Di antara Muhajirin hanya 'Abdurrahman ibn 'Auf yang setara dengan mereka. Atau justru Nabi ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan dengan mereka? Sa'd ibn Mu'adz kah, sang pemimpin Aus yang tampan dan elegan itu? Atau Sa’d ibn 'Ubaidah, pemimpin Khazraj yang lincah penuh semangat itu?
"Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?", kalimat teman-teman Ansharnya itu membangunkan lamunan. "Mengapa engkau tak mencoba melamar Fathimah? Aku punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi.. "
"Aku?", tanyanya tak yakin.
"Ya. Engkau wahai saudaraku!"
"Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa kuandalkan?"
"Kami di belakangmu, kawan! Semoga Allah menolongmu!"
'Ali pun menghadap Sang Nabi. Maka dengan memberanikan diri, disampaikannya keinginannya untuk menikahi Fathimah. Ya, menikahi. Ia tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya. Hanya ada satu set baju besi di sana ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya. Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap? Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya di batas waktu hingga ia siap? Itu sangat kekanakan. Usianya telah berkepala dua sekarang.
"Engkau pemuda sejati wahai 'Ali!", begitu nuraninya mengingatkan. Pemuda yang siap bertanggungjawab atas cintanya. Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan- pilihannya. Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya. Lamarannya berjawab, "Ahlan wa sahlan!" Kata itu meluncur tenang bersama senyum Sang Nabi.
Dan ia pun bingung. Apa maksudnya? Ucapan selamat datang itu sulit untuk bisa dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau penolakan. Ah, mungkin Nabi pun bingung untuk menjawab. Mungkin tidak sekarang. Tapi ia siap ditolak. Itu resiko. Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang tak kunjung berjawab. Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera tanpa pelabuhan. Ah, itu menyakitkan.
"Bagaimana jawab Nabi kawan? Bagaimana lamaranmu?"
"Entahlah.."
"Apa maksudmu?"
"Menurut kalian apakah 'Ahlan wa Sahlan' berarti sebuah jawaban!"
"Dasar tolol! Tolol!", kata mereka,
"Eh, maaf kawan.. Maksud kami satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua! Ahlan saja sudah berarti ya. Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan! Dua-duanya berarti ya !"
Dan 'Ali pun menikahi Fathimah. Dengan menggadaikan baju besinya. Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan ke kawan-kawannya tapi Nabi berkeras agar ia membayar cicilannya. Itu hutang.
Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakr, 'Umar, dan Fathimah. Dengan keberanian untuk menikah. Sekarang. Bukan janji-janji dan nanti-nanti.
'Ali adalah gentleman sejati. Tidak heran kalau pemuda Arab memiliki yel, "Laa fatan illa 'Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!" Inilah jalan cinta para pejuang. Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggung jawab. Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti. Seperti 'Ali. Ia mempersilakan. Atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah pengorbanan. Yang kedua adalah keberanian.
Dan ternyata tak kurang juga yang dilakukan oleh Putri Sang Nabi, dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari (setelah mereka menikah) Fathimah berkata kepada 'Ali, "Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali jatuh cinta pada seorang pemuda"
'Ali terkejut dan berkata, "kalau begitu mengapa engkau mau manikah denganku? dan Siapakah pemuda itu?"
Sambil tersenyum Fathimah berkata, "Ya, karena pemuda itu adalah Dirimu" ini merupakan sisi ROMANTIS dari hubungan mereka berdua.
Kemudian Nabi saw bersabda: "Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memerintahkan aku untuk menikahkan Fatimah puteri Khadijah dengan Ali bin Abi Thalib, maka saksikanlah sesungguhnya aku telah menikahkannya dengan maskawin empat ratus Fidhdhah (dalam nilai perak), dan Ali ridha (menerima) mahar tersebut."
Kemudian Rasulullah saw. mendoakan keduanya:
"Semoga Allah mengumpulkan kesempurnaan kalian berdua, membahagiakan kesungguhan kalian berdua, memberkahi kalian berdua, dan mengeluarkan dari kalian berdua kebajikan yang banyak." (kitab Ar-Riyadh An-Nadhrah 2:183, bab4)


Created : inmotivasi.blogspot


Rabu, 18 September 2013

AIR MATA RASULULLAH


Mari kita simak sebuah kisah yang sangat mengharukan... dan mungkin akan membuat kita menitikkan air mata....

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.

Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut.

Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bagian demi bagian wajah anaknya itu hendak dikenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya.

Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. "Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.

"Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."

Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.

"Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi.

"Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku. "Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.

Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanukum --peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu."

Diluar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii, ummatii, ummatiii?" - "Umatku, umatku, umatku"

Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik alaaa Rosuulillah wa salim 'alaihi
subhanallaaaah....
Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.

lalu pengorbanan apa yang bisa kita berikan pada beliau?????


by : islamic motivation

Rabu, 28 Agustus 2013

Logika & Perasaan



Suatu hari ada sebuah persahabatan antara logika dan perasaan . mereka selalu bekerja sama untuk menyelesaikan setiap permasalahan  satu sama lain.
Terkadang logika yang bersikap idealis, selalu menggunakan akal sehatnya, serta selalu bertindak sangat tegas, tapi perasaan tidak pernah berhenti menemani logika dan mengingatkan nya bahwa ada hal yang boleh mendapatkan toleransi tanpa harus meninggalkan hati nurani.
Sebaliknya pula, terkadang perasaan yang memiliki karakter lemah dan lembut selalu saja luluh dengan hal-hal yang dapat menyentuh hati nya. Tapi logika juga tidak pernah jenuh untuk saling mengisi kekurangann sang perasaan tersebut, bahwa ada banyak hal yang harus mengedepankan akal sehat tanpa harus luluh dengan suatu permasalahan.
Sampai suatu hari,mereka mempunyai masalah, masalah yang sebelumnya tidak pernah  ada. Ketika perasaan mempunyai suatu hal pada dirinya, dia tidak pernah mengerti apa yang ada pada dirinya, karena hal itu yang terkadang membuat dia semakin kuat dan bahagia, tapi terkadang hal itu pula yang membuat perasaan menjadi lemah dan bahkan terluka.
Kemudian pada saat perasaan menangis, logika pun  bertanya
“apa yang membuatmu bersedih” Tanya logika.
“aku tidak tau, aku hanya lelah dan kecewa”, jawab perasaan.
“Kau pasti terluka, karena pada masalah yang pernah ada, kau tidak pernah lelah dan kecewa, aku selalu membantu mu menyelesaikan masalah mu, begitu juga sebaliknya” jelas logika kepada perasaan.
“ada cinta dalam diriku, yang mungkin kau tidak pernah tau bagaimana rasanya” jawab perasaan.
“mungkin aku tidak pernah tau, tapi walau begitu aku lebih tau bagaimana caranya menghargai diri sendiri agar tidak terluka” tegas logika
“tapi separuh nya lagi, ada kekuatan dalam kesedihan ini, yang mampu membuat ku bertahan untuk itu”jelas perasaan.
“Jika Kau meninggalkan aku untuk ini, Kau akan menderita tanpa ada satu celah pun kebahagiaan yang kau dapatkan dari cinta itu, yang telah membuat mu bersedih, kecewa dalam ketidak pastian serta  mimpi yang kau bangun dan kemudian runtuh karena kepolosanmu, Kau juga harus ingat segala sesuatu yang dirasakan perlu pemikiran untuk baik dan buruk ke depannya” jelas logika dengan tegas.
“memang tidak ada yang pasti dalam hidup ini, ini membuat aku sadar,aku tak pernah mampu utk berfikir. ,membuat aku merasakan bahwa aku bisa lebih baik dari diriku, aku tidak pernah ingin meninggalkan mu dalam permasalahan apapun, karena kita saling melengkapi, tapi jangan paksa aku, biarlah semua berlalu seiring waktu, dan aku yakin semua akan terlewati dengan baik” perasaan membantah halus  
“Kau dimiliki oleh hati untuk merasakan suatu hal, sedang aku dimiliki oleh akal untuk berfikir, maka rasakan lah apa yang ingin kau rasakan,” perkataan logika pun mengakhiri perdebatan mereka.
Dan logika pun pergi meninggalkan perasaan dengan cintanya, dan logika sadar kapan dia harus kembali.


Note :
Banyak hal yang menimbulkan perang batin dalam diri, jika tidak bisa mengendalikan logika dn perasaan yang kita miliki, karena tidak ada satu manusia pun yang tidak memilikki hati nurani, perasaan, logika,  pria, wanita semua manusia yang Allah ciptakan. Hanya saja ada yang berbeda dari kepemilikannya.
            Tuhan menciptakan lelaki yang mempunyai akal fikiran serta logika yang lebih mendominasi, pemikiran dan perasaan yang lebih sederhana untuk menjalani hidup, di bading wanita yang sangat banyak pertimbangan dalam merasakan suatu hal.         Karena itu setiap perbedaan yang Tuhan ciptakan semata-mata untuk mengisi kekosongan dan kekurangan satu sama lain.  

Created by : #ra