Sebelas
tahun berlalu, tapi aku masih bertanya apa aku masih bisa lari atau tidak dari koridor yang sudah Tuhan tetap kan, bahwa aku adalah
seorang ibu dari dua orang anak dan
seorang istri yang rasa cinta kepada suaminya masih dipertanyakan. Aku tidak
pernah tau bahwa hati ternyata bisa enggan
bernegosiasi ketika di paksa untuk menolak apa yang dirasakannya.
Tidak
tau apa yang terjadi, pagi itu mood ku benar-benar buruk. Mungkin dalam masa PMS wanita, karena jadwal datang bulan ku
memang sebentar lagi. Hari itu hari sabtu jadwal kerja yang paling cepat
pulang, tapi aku ada kelas jam 10 pagi,
dan hingga jam menunjukan pukul 08:45
aku juga belum selesai menangani pasien yang mengalami kecelakaan di depan
rumah ku, karena harus dilakukan penjahitan luka dibagian tangan, jadi butuh waktu yang tidak
sebentar dalam penanganannya.
Akhirnya jam 09:30 semua urusan
pasien selesai, giliran aku mempersiapkan diri untuk pergi, untungnya jarak
antara rumah dan kampus tempatku bekerja
tidak terlalu jauh, tapi tetap saja akan terlambat beberapa menit dari jadwal yang telah di tetapkan. Suamiku yang
setiap akhir pekan libur, juga membantu
mempersiapkan sarapan ku, dia membelikan sarapan dan membuat segelas susu untuk ku.
“Ma, sarapan dulu ni, dari tadi
belum makan, nanti sakit” ajak suami ku
yang mungkin pusing melihat ku mondar-mandir di rumah karena dikejar waktu .
“hhhhhmmmmmh….udah
lha, di kampus aja nanti, udah telat ni ” jawab ku, yang sibuk menyiapkan
pakaian dan segala hal yang akan di bawa.
“udah papa siapin ini ma, nanti gak ada tenaga, ayo
pokoknya harus sarapan dulu sini” paksa suami ku, sambil menarik tangan ku.
“hhhhhaaddduuhh….apasih
pa, mama udah telat ini, jangan di ganggu dulu” tanpa sadar aku membalas cetus
niat baik suami ku, dan kembali mempersiapkan semua. Suami ku hanya diam dan menggelengkan kepala
tanda dia membiarkan egoku menang dari sikap sabarnya.
Sebelum
pergi aku pun sarapan seadanya, karena waktu tidak memungkinkan aku untuk
menghabiskan sarapan. Di perjalanan aku pun berfikir, kenapa sampai sekarang
aku masih membiarkan ego ku semena-mena dengan suami yang sangat mencintai aku.
Mungkin karena aku tau dia sangat
mencintaiku dan tidak akan pergi meninggalkanku apapun yang terjadi, atau
karena hati ku memang tidak bisa dipaksa untuk sepenuhnya berikan pada dia.
Sekilas
aku melihat pesta pernikahan, Aku
teringat dulu, saat suami ku mempertahankan aku sendiri ketika pihak keluarga
nya tidak menyetujui pernikahan kami karena alasan, aku yang pernah membatalkan rencana pernikahan yang sudah
kami susun, dan tanpa berfikir
panjang aku yang bekerja di Medan pergi
ke Jakarta untuk mencari keyakinan hati, dan beberapa bulan kembali ke Medan suamiku masih menunggu ku, dan meyakinkan keluarganya bahwa aku pergi untuk
alasan yang baik dan kedepannya tidak akan terulang lagi kesalahan yang sama.
“Tuhan, perjuangan nya yang sedemikan rupa, kenapa Kau
enggan membantuku untuk meluluhkan hati ini menyediakan sebuah ruang untuk mencintainya
sepenuh hati, Kau telah tetapkan aku
untuk tetap berjalan di koridor yang
telah Kau tentukan ini !” Tiba-tiba
terbsesit do`a di hati ku .
Pukul
10:35 aku pun tiba di kampus dan mulai
berkatifitas lagi, ternyata banyak kegiatan yang dilakukan di kampus sampai
siang hari, dan jika difikrkan ulang
seandainnya aku tidak sarapan mungkin
aku bisa jatuh pingsan karena tidak ada waktu kosong sampai pukul 14:00 .
Sorenya setiba aku pulang kerja, aku lihat mobil suami ku tidak ada. Aku tau suami
ku pergi dari tadi siang sebelum aku pulang kerja, tapi aku tidak
bertanta-tanya dalam hati dia kemana.
“pasti
dia keluar ke tempat temannya” fikir ku santai. Tapi memang biasanya dia mengajak anak-anak jalan, mungkin
sekali-kali dia ingin pergi sendiri.
Seperti
biasa aku mengajak anak-anak bermain di
halaman rumah, aku pun bisa sambil membersihkan
halaman rumah dan menata bunga-bunga. Tiba-tiba
Hp ku berdering menandakan masuk sms,
“Lina,
aku lagi ada sedikit masalah, perlu
teman curhat untuk kasih solusi. Kamu ada waktu gak di telfon ? By; Fredddy” isi sms dari
Freddy..
Aku
sedikit kaget, karena sudah hampir setahun kami tidak ada komunikasi lagi dan mungkin sibuk dengan
keluarga dan urusan masing-masing.
“Ya
boleh, aku lagi santai di rumah” balas
ku, dan freddy pun langsung menelfon.
Dan dia langsung menceritakan masalah yang ada, aku sebagai mantan pacar
yang sekaligus teman baiknya berusaha memberikan
solusi terbaik untuk setiap masalah nya, terkadang jika aku ribut dengan suamiku, aku juga sering meminta
solusi dari dia.
Aku
memang belum hilang kontak dengan
freddy, kami masih seperti sahabat. Dia akan cerita ketika dia ada masalah ,
begitu juga aku. Aku tidak tau apakah suami ku tau tentang hubungan kami atau
tidak , tapi aku tetap berusaha menjaga perasaannya, untuk tetap menjaga jarak
dan komunikasi yang terbatas dengan freddy.
Seusai Freddy menelfon, aku pun
mengajak anak-anak masuk karena sudah mulai senja. Dan sampai pukul 19:20, usai
makan malam suamikku juga belum
menunjukan tanda-tanda pulang, aku pun tidak mencoba menghubunginya, aku menonton TV sekalian menunggu nya pulang.
Tiba-tiba
aku teringat ketika Freddy menelfon tadi,
dan aku pun kembali teringat masa-masa
lalu yang terjadi dan tenggelam dalam lamunanku. Sebenarnya freddy lha sosok
yang membuatku membatalkan rencana pernikahan
dengan suamiku, dia datang lagi dan aku
tau perasaan kami belum hilang.
Aku yang berada di Medan dan dia di Jakarta,
mungkin karena jarak yang terlalu jauh, membuat kami tidak pernah yakin untuk membuat
komitmen khusus dalam hubungan, semenjak
dia pindah ke Jakarta dan mulai dari itu hubungan kami terasa sulit dan
akhirnya kami meilih untuk putus.
Selama
kami putus, Freddy pernah berkunjung ke Medan, aku bertemu dia, kami saling
jujur bahwa masing-masing dari kami punya pasangan, tidak bisa di pungkiri satu
sama lain dari kami masih punya perasaan yang sama, dan akhirnya kami berusaha
untuk menjaga perasaan dan meyakinkan hati untuk melepas pasangan kami dan
kambali bersama pada waktu yang tepat. Walau kami tidak bisa pastikan itu
kapan.
Aku
tidak pernah merasakan siapapun hadir di
hidupku termasuk Frans (suamiku) ketika aku bersama Freddy, aku tidak pernah
membayangkan siapa-siapa ketika dia berada di sisiku, bagaimana aku berusaha
untuk menolak perasaan ini, menjaga hati ku untuk Frans tapi tidak juga pernah
berhasil.
Hilang
kemudian kembali, Hilang dan kembali
lagi, dan hilang dalam waktu yang cukup lama begitulah keadaan hubungan ku
dengan Freddy, sehingga aku lebih cenderung dengan Frans dan menghabiskan waktu bersama sehingga terciptalah
rencana pernikahan pertama kali yang
sebenarnya masih aku ragukan.
Aku masih teringat, ketika aku lari
ke Jakarta untuk dua tujuan. Memang pada awalnya aku ke sana untuk urusan
kerjaan dan kuliah, urusan yang kedua
aku ingin memastikan bahwa harapan ku pada Freddy memang tidak ada lagi,
kemudian aku harus bisa merelakannya.
Setiba
di Jakarta aku kembali berjumpa dengan Freddy dengan status kami yang masih bersama
pasangan masing-masing, dan ternyata ketika kami berjanji untuk perjumpaan
berikutnya, dia menghilang tanpa memberi kabar, aku mencoba menghubungi dan
akhirnya aku tau dia bersama pacarnya.
Mungkin
terlalu bodoh untuk aku mempertahankan ini, aku berfikir cukup lama dan selesai
urusan kerjaan dan kuliah ku, aku pun kembali ke Medan dengan membawa perasaan
campur aduk, sakit hati, marah, semua
bercampur di hati, seharusnya beberapa bulan di Jakarta menjadi waktu liburan dan mengumpulkan ilmu bagi ku,
tapi semua keadaan berbalik menertawakan kebodohan ku.
Sepulang
nya aku ke Medan, aku hanya ingin
sendiri, fokus dengan diri ku sendiri dan hidupku, tanpa bayang-bayang freddy
dan juga Frans (suamiku), aku membuang semua kenangan ku dengan Freddy sampi
nomor ponsel nya ku hapus, dan aku pun
mengganti nomor. Tapi di sela kekosongan waktu ku, Frans tetap berusaha masuk
ke dalam hidupku dengan segala kesabaran dan perhatian nya, aku berfikir
mungkin memang dia lah pilihan
terbaik yang Tuhan berikan untuk ku.
Seiring waktu, aku pun menerima lamaran
Frans, dia yang sudah memperjuangkan aku, dari semua masalah ku, dari
keengganan keluarga nya menerima ku kembali atas kesalahan ku yang lalu. Pasti
sangat tidak adil jika aku mengabaikan semua perjuangan nya, walau hati masih
ragu tapi tetapkan untuk memilih.
Persiapan pernikahan untuk kedua
kalinya pun terlaksana, aku tidak tau apa yang aku rasakan, aku hanya pasrah
dengan Tuhan, baru ku sadar sebagaimanapun kita berjuang jika memang tidak di jodohkan
Tuhan selamanya aku tidak bisa bersama Freddy, begitu juga sebaliknya aku
dengan Frans.
Jelang
beberapa hari resepsi pernikahan, aku jatuh sakit tidak tau apa penyebabnya,
yang pasti hati ku merasakan hal yang tidak nyaman. Aku pun
merawat diri sendiri di rumah, sambil memandang infuse yang terus menetes, aku
memikirkan hal-hal yang pernah terjadi dengan Freddy, aku pun berfikir untuk
menelfon nya, walau nomor nya di hapus
dari kontak Hp ku, aku lupa bahwa aku hafal nomor Hp nya.
Seperti tersambar petir, hati ini
langsung tersentak mendengar suaranya. Awalnya aku tidak ingin bersuara, tapi
tanpa berbicara Freddy tau bahwa aku yang menelfon. Pembicaraan kami langsung
panjang, dia marah dan kecewa kenapa dulu aku langsung menghilang tanpa mau
mendengar penjelasannya.
“aku akan menikah hari Minggu ini,
mungkin ini ketetapan Tuhan” ucapku,
ketika dia sudah menjelaskan semua permasalahan yang lalu. Dan ternyata Freddy
benar-benar berusaha meninggalkan pacarnya
ketika aku hilang, dia berusaha mencari tau tentang aku tapi tidak juga dapat, dan
sekarang dia sendiri.
“Baik,
aku akan ke Medan, Kamu persiapkan semua baju kamu, bawa apa pun kebutuhan yang
menurut kamu perlu, kita menikah di Jakarta, setelah menikah kita kembali ke
Medan untuk beritau semua keluarga, aku tunggu kamu hari rabu di bandara dari
penerbangan awal sampai penerbangan akhir, aku tetap nunggu, aku gak mau
ini jadi kesalahan untuk kesekian kali”
Jelas Freddy dengan tegas.
“Aku
akan fikirkan lagi” tanpa sadar aku menjawab dengan jawaban menggantung, bahkan
aku tidak sadar, seharusnya aku menjawab “TIDAK MUNGKIN atau MUSTAHIL, karena
pernikahan ku tinggal seminggu lagi.
Aku
tidak tau apa yang harus aku fikirkan, ini hari selasa dan besok Rabu Freddy akan menjemputku, rasanya aku mau mati dengan keadaan ini, keadaan yang memaksa
ku untuk tidak bisa melakukan apa-apa, tapi pasrah juga membuatku tambah sakit.
Dengan sadar aku melepas infus ku
dan mengambil koper serta menyusun baju-baju yang memang di butuhkan untuk
pernikahan, aku tidak tau apa yang akan terjadi, tapi yang aku tau aku
merasakan kebahagiaan dan semangat ketika Freddy kembali ke sisiku. Aku ingin
berjuang untuk yang terakhir kali setelah aku kalah dari kebodohanku karena dulu
melarikan diri dari Freddy, membiarkan Frans tetap masuk dalam hidupku walau
hatiku ku menolak, dan sekarang aku harus mengambil keputusan.
Jam
menunjukan pukul 13:00, aku harus meninggalkan rumah secepatnya dan tinggal di
tempat lain sampai besok, karena biasanya
Frans akan berkunjung ke rumah sore atau malam. Pakaian sudah siap, begitu
juga aku yang sedang duduk dan menenangkan diri dengan kondisi tubuh yang masih
lemah untuk berfikir bahwa yang aku lakukan
saat ini, adalah perjuangan ku terakhir
untuk mengikuti apa yang aku rasakan.
Tapi tiba-tiba di tengah aku
berfikir, terdengar suara mobil datang, hati ku mulai tidak karuan, dan tidak
ku sangka bahwa Frans sudah ada di depan rumah.
“Tumben datang siang-siang ?” Tanya
ku dengan nada datar dan sedikit lemas.
“Mau
bawain makan siang aja, sekalian nyampein
pesan mama, kalo baiknya, mulai malam ini kamu tinggal dirumah aja, kalo sendiri disini bakal
tambah repot kalo kamu gak sembuh-sembuh, siapkan aja apa yang perlu, biar gak
bolak-balik nanti waktu pulang ke tempat
kamu” ucap Frans dengan sejels-jelasnya, dan ini merupakan penjelasan yang paling sulit aku
mengerti.
“oh.. iya, aku siapin dulu” aku pun
semakin ingin pingsan rasanya, linglung, ingin lari, ingin berteriak pada
Tuhan.
“AKU
HARUS BAGAIMANA ……!!!!!!, Tuhan hati ku
tidak pernah ada di jalan ini “Tuhan, !!!!!! Kalo aku bisa menjerit saat ini
aku pasti menjerit, kenapa semua ini, apa memang ini jalan nya. Aku Cuma minta untuk bisa merelakan semua, dan semoga
hati ini bisa berubah ” !!!!” do`a ku dalam hati, dan rasanya ingin marah
dengan Tuhan tapi tidak mungkin.
Dan
akhirnya aku mengeluarkan koper yang
sama sesuai apa yang sudah di
persiapkan, tapi dengan tujuan yang berbeda. Dalam perjalanan pun aku hanya
tertidur dan menahan tangis di hati, mungkin Frans menyangka aku diam karena
sakit, tapi dia tidak tau bahwa hati ini lah yang paling merasa sakit untuk
mempertanggung jawabkan semua kesalahan ku.
Seandainya
saat ini Frans bertanya “apakah kamu bahagia akan menikah dengan aku” pasti aku
langsung menjawab “maaf, tidak. Maaf sekali, tapi aku tidak bisa membohongi
perasaan ku” dan jika dia relakan aku pergi, itu lah kebahagiaan ku terbesar.
Tapi
Frans tidak demikian, dia memperjuangkan sampai detik ini, tanpa memperdulikan dan
mempertanyakan apa yang di perjuangkannya. Dan memang kesalahan ku memberi
harapan untuk semua perjuangan itu.
Aku
kembali hilang kontak dengan Freddy, aku tidak tau dia datang menjemput atau
tidak, yang pasti di hari pernikahan aku berusaha untuk tidak memikirkan nya
dan tetap tersenyum. Melihat semua orang tersenyum bahagia, terutama Frans
suamiku, yang paling terlihat kebahagiaan di wajahnya.
Setelah
hari pernikahan, aku minta izin untuk
tetap tinggal di rumah orang tua ku beberapa harim dan Frans kembali ke Medan
sendiri. Beberapa hari aku dirumah, aku
tidak ingin ada bayangan tentang Freddy,
aku hanya konsentrasi bagaimana mulai menata hati untuk menjadi isri yang baik.
Dan tiba-tiba aku kedatangan tamu saat aku duduk santai di depan rumah.
“Bagaimana kabar yang sudah
menikah?” terdengar suara Freddy membuyarkan lamunanku.
“hei,,
kamu Fred, dari mana aja kamu!!!” sapa ku, menutupi kegugupan ku.
Dan
sore itu pun, kami mengobrol panjang, mengutarakan apa yang selama ini
tertahan, walau tidak ada lagi yang bisa di harapkan dan tidak perlu juga
disesali, kami tidak ingin semua tertahan di dalam hati dan bisa menjadi.penyakit dalam hati.
“Mungkin ini ketetapan Tuhan. Tapi
ada hal yang perlu kamu tau” ucap Freddy serius.
“hal
apa? Udah langsung aja lha” desak ku penasaran.
“Yang
paling aku rugikan, waktu aku pulang
jemput ke Medan, aku jadi bolos kerja
padahal lagi ada proyek besar di kantor,
dan bos ku marah-marah aku jadi di pecat, & waktu aku pulang harga tiket
pesawat lagi melunjak naik, malah yang mau di jemput udah pigi kawin dengan orang
lain. Rugi besar lho aku lin gara-gara mu!” Ujar Freddy dengan nada ringan
bercanda, walau aku tau itu lah memang kenyataannya.
“hahahahaha,
itu resiko mu. Yang pasti sekarang jangan ada yang nyimpan harapan lagi, karena
berharap untuk saat ini, sama aja berharap untuk kematian pasangan kita” jelas
ku untuk menutup obrolan tentang hubungan kami.
Dan
hari itu juga, kami berusaha untuk konsisten dengan pilihan kami, yang lebih
tepat nya untuk pasrah dengan takdir Tuhan, walau dalam hati masih tersimpan
tanda tanya. Dan sampai sekarang aku
masih belum mengerti kenapa Tuhan tidak membantuku untuk mengalihkan perasaan ini pada masa lalukku, dan nyatanya aku harus berada pada koridor yang
Dia tetapkan, bahkan aku benar-benar tidak bisa lari.
Sudah
sebelas tahun aku hidup dengan suamiku dan berusaha mencintai nya berusaha
untuk tidak mengingat siapa dan apa yang ada di masa lalu. Tapi hati
benar-benar tidak bisa menipu,, bahwa Freddy masih ada di hatiku. Suami ku yang
selalu ada untuk ku, yang selalu mengalah ketika ego ku mulai berkuasa, dia
memang sosok suami yang tegas dan
berkomitmen, tapi sikap mengalahnya cenderung menutupi semua keegoisanku.
Lama
aku berkhayal tentang masa lalu ku, jam
menunjukan pukul 22:40, anak-anak sudah tidur. Dan aku pun mulai
mengantuk, awal nya aku bersiap untuk segera tidur, tapi aku mencoba untuk
menghubungi suamiku dan nomor nya tidak aktif. Hingga aku berusaha menghubungi
kembali sampai tangah malam, dan akhirnya aku tetidur.
Jam
4 pagi aku di bangunkan oleh Nae anak
kedua ku yang masih berusi 4 tahun. “ma, Nae bobo` dengan papa y” bujuk Nae
yang masuk ke kamarku dan langsung mendekati tempat tidur.
Tapi
ketika dia lihat bahwa aku sendiri “lho.. papa belum pulang ya ma?” dia pun
tetap tidur di samping ku.
“belum
sayang, sini Nae tidur dengan mama aja,
papa belum pulang, besok pasti pulang, kata papa mau nginap tempat temen nya dulu, sekarang kita
tidur lagi ya” sambil memeluk Nae, aku pun mencoba tidur lagi, dan sekilas aku memikirkan suami ku, kemana dia, apa dia
marah, baru kali ini dia pergi lama tanpa kabar, mungkin dia perlu waktu
sendiri, aku pun berfikir tenang walau tersirat di hati perasaan khawatir.
Pukul
06:15 aku dibangunkan oleh bunyi telfon. Aku pun langsung tersentak bangun, dan
langsung mengangkat telfon. Aku kira aku masih di dalam mimpi mendengar bahwa
pihak Rumah Sakit umum menghubungi karena
suamiku kecelakaan.
Tapi
suara tangis Nae karena mimpi buruk, menyadarkan aku bahwa aku sudah bangun dan
sekarang berada dalam kehidupan nyata, ini semua bukan mimpi. Aku pun kembali
bertanya dengan pihak RS untuk informasi yang lebih lengkap.
Bagaikan di lempar petasan di telinga, saat aku
mendengar semua ini. Aku pun kembali ke kamar menenangkan Nae dan membangunkan Ray anak sulung ku yang berusia 9
tahun, untuk menjaga adik nya dan tetap tinggal di rumah.
Aku
tidak mengatakan terlebih dahulu pada anak-anak apa yang terjadi, aku langsung
bersiap ke RS, dan menelfon adik ipar ku untuk menjaga anak-anak di rumah dan beritau
keluarga apa yang terjadi. Sesampai nya di RS, aku hanya berusaha menguatkan
diri untuk apa yang akan aku lihat.
“saya
istri pak Frans” aku pun langsung mendekati perawat yang bertugas disitu.
“silahkan bu, di sini, Pak Frans korban
kecelakaan lalu lintas, pada pukul 01:00 dini hari di daerah padang bulan, tapi
karena lama di identifikasi kasus kecelakaannya penangananya juga sedikit
terlambat, dan kini masih di tangani dokter mungkin sebentar lagi tau hasil
pemeriksaannya” jelas perawat.
“Terima kasih sus” jawab ku singkat.
Aku juga di pertemukan dengan
beberapa polisi untuk minta informasi lengkap bagaimana kronologi
kecelakaannya, dan untuk memberi
keterangan keluarga. Dan akhirnya aku tau, Frans pulang dari rumah sahabatnya,
dan aku tau karena dulu pernah di ajaknya kesana. Karena sudah terlalu malam dia mengemudi dengan kecepatan tinggi
dan akhirnya mobilnya tidak terkendali dan meluncur ke luar jalur.
Beberapa
saat kemudian aku di pertemukan dengan dokter, dan di izinkan untuk melihat
suamiku. Ingin menjerit rasa nya ketika dokter harus mendiagnosa bahwa suamiku
Koma karena benturan yang kuat menimbulkan pembekuan darah yang sangat hebat di
kepalanya. Aku melihat suamiku terbaring di ruangan ICU dengan berbagai macam
selang dan perban di tubuhnya, betapa tidak berdaya dia sekarang.
Aku
langsung teringat terakhir melihat wajah
nya yang sehat, ketika dia memaksa ku untuk sarapan, aku teringat ketika Nae anak ku tidak bisa tidur mengingat papa
nya yang belum pulang, dan sampai menjadi mimpi buruk. Begitu kuatnya kontak
batin mereka, tapi aku tidak peka dengan apapun yang terjadi padanya, bahkan
rasa khawatir yag hadir di hatipun aku abaikan.
“Tuhan,,,, terbuat dari apa hati ku ini ? hingga harus
terjadi seperti ini untuk menyadarkan kerasnya hati ku. Apa ini masih
peringatan agar aku harus bisa berubah setelah
suamiku kembali sehat ? atau sudah menjadi ganjaran, yang
keadaannya tidak mengizinkan aku untuk
bersama suami ku lagi?” Aku bertanya pada Tuhan, dalam isak tangis sambil memandangi suamiku.
Apa
selama ini aku berada di atas awan, dan tidak menyadari bahwa kabut bisa saja
datang, bahkan petir bisa juga menyambarku, karena sampai saat ini aku masih
merasa bahwa suamiku tidak akan meninggalkan ku karena perasaan cintanya yang
sudah mendarah daging. Tapi ego ku selalu menutupi, ego yang meraja dalam diri
dan tidak pernah mampu aku kuasai. Dan sekarang kabut itu datang bersamaan dengan
petir untuk melemparkan ku dari atas awan, dan meruntuhkan keegoisanku selama
ini.
Andai belum terlambat, aku ingin berusaha
berjalan di koridor yang Tuhan tetapkan dari awal karena yang berjalan selama ini hanyalah jasad ku, tidak ada hati, tidak
ada perasaan ku di sana. Aku berusaha untuk tidak lemah, tapi aku sadar bahwa
semua ini memang membuat aku lemah.
Harus
nya aku yang berjuang untuk mempertanggung jawabkan semua harapan yang telah ku
beri untuk dia yang selama dia memperjuangkan cintanya untuk ku. Tapi nyata
nya, aku mempertahankan dan merawat perasaan ku untuk bayangan masa lalu,
yang harus nya aku relakan semua itu pergi, aku bahkan membiarkan diriku
tenggelam dalam bayangan Freddy.
“Tuhan,
betapa tidak adilnya aku membuat semua ini, padahal jelas bahwa Frans lelaki
terbaik yang Kau kirimkan untuk menemani hidup ku, untuk menjadi papa dari
anak-anaku, dan aku memungkiri ketetapan Mu, aku berjalan melawan arus dengan
menyesali hal-hal yang lalu, dengan tidak merelakan kesalahan masa lalu ku, dengan tidak
bertanggung jawab dengan pilihan ku.
Saat ini aku ingin berusaha, ketika sekarang aku sangat merasa takut jika suami ku benar-benar
meninggalkan ku. Aku hanya bisa berdoa saat ini dan menunggu, bahwa ini bukan
sekedar perasaan butuh tapi juga perasaan sadar yang aku harap ini menandakan bahwa memang ada cinta di
hati ku untuk Frans suamiku untuk Frans Lelaki terbaik dari Tuhan untukku.
________oo________
KORIDOR
CINTA DARI TUHAN
Aku
menyesali kelemahan ku, Karena melepaskan harapankku
Aku
menyesali kekurangan ku,
Karena
menghindari tanggung jawab atas pilihan ku
Tuhan,
banyak koridor di sana, Aku harus kemana?
Tuhan membiarkan hatiku memilih
Aku keliru, dan tidak yakin tapi
tetap memilih
Tuhan, aku salah memilih, aku harus
bagaimana ?
Tuhan membiarkan aku tetap berjalan
pada koridor yang ku pilih
Aku berjalan lemah dan ingin berbalik
memutar arah
Tuhan, aku ingin lari dari semua
ini.
Tuhan tidak mengizinkan ku lari
dari tanggung jawab
Dan akhir nya aku sadar, Bahwa aku
yang salah
Kesalahan ku untuk tidak bersabar
dan bertahan dari apa yang aku
rasakan
Kesalahan ku karena gegabah dalam memilih
Kesalahan ku karena semena-mena
lari dari tanggung jawab.
Kesealahan ku untuk tidak berusaha
dan yakin
bahwa apa pun yang terjadi inilah
koridor yang Tuhan tetapkan agar aku terus berjalan
dan kesalahan ku terbesar ketika
aku berusaha keras berjalan berlawana arah,
tanpa menyadari selalu ada kebahagiaan
di setiap koridor yang Tuhan ciptakan
jika aku mampu membuka ruang hati
ku untuk ikhlas dan mengalahkan keegoisan ku.
___ooo___
The True
Story Of Mrs. Mln .S
Created
By : M. A Sofyrah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar